Sekian tahun menghadapi pasien anak, semakin lama saya semakin sering mendapati betapa “istimewa”nya menu makan anak “zaman now”. Beberapa contohnya:
- Nasi plus kuah soto, tanpa sayur dan daging
- Nasi dan tepung ayam goreng tepung
- Nasi yang ditaburi kremesan ayam goreng
- Aneka sayuran yang diblender jadi satu
- Sayuran “anak-anak” (sayuran yang dianggap lunak: kukusan brokoli, wortel)
Memang ada banyak aspek yang terkait dengan penyajian menu makanan untuk anak-anak, paling tidak ada pertimbangan mengenai kandungan gizi, rasa dan selera, tekstur, proses penyiapan, dan biaya. Namun dari contoh di atas, tampaknya yang jadi pertimbangan utama adalah masalah rasa dan selera anak.
“Habis, anaknya sukanya itu Dok..”
“Dia cuma mau makan kalo menunya seperti itu Dok..”
“Dikasih menu yang lain dia bilang nggak mau..”
“Kalo dia makan yang agak alot keloloden..”
Demikian biasanya yang disampaikan oleh sebagian orang tua pasien anak yang menu makannya ajaib seperti di atas.
Dari contoh menu makan ajaib di atas, ada dua atribut yang khas: rasa (dianggap) enak dan lunak mudah dikunyah (atau bahkan tidak perlu dikunyah). Ditambah ada upaya untuk meminimalkan “konflik” saat anak makan. Persoalannya, pola dan menu makan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi anak.
Dengan pola makan yang demikian, ada beberapa potensi masalah kesehatan gigi anak yang bisa dijumpai:
- Asupan gizi yang kurang
Asupan gizi yang cukup dan berimbang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak, termasuk di dalamnya pertumbuhan gigi dan rahang. Menu yang monoton dan tidak memiliki keseimbangan kandungan gizi yang baik (meski disukai anak) akan membuat asupan gizinya kurang. - Kurangnya rangsangan untuk pertumbuhan gigi dan rahang
Jenis makanan yang empuk bahkan bisa ditelan tanpa dikunyah membuat gerakan mengunyah amat kurang. Padahal gerakan mengunyah amat diperlukan untuk merangsang pertumbuhan gigi dan rahang. Pada gilirannya, hambatan pada pertumbuhan gigi dan rahang akan menimbulkan rentetan masalah yang lain. - Ruang pada rahang kurang mencukupi untuk tumbuhnya gigi dewasa
Gigi dewasa memiliki ukuran yang lebih lebar ketimbang gigi susu yang akan digantikannya, dan ia memerlukan ruang yang cukup pada rahang agar dapat tumbuh dengan normal. - Gigi dapat tumbuh berjejal
Kurangnya ruang pada rahang untuk tumbuhnya gigi dewasa membuat gigi dewasa bisa tumbuh di depan atau di belakang gigi susu. Ini pada akhirnya dapat mengakibatkan gigi jadi berjejal. - Kesulitan dalam menjaga kebersihan gigi
Gigi yang berjejal akan membuat menjaga kebersihan gigi menjadi lebih sulit. Tidak tersedia cukup ruangan untuk sikat gigi dapat menjangkau permukaan gigi. - Timbulnya masalah karies
Gigi yang tidak bersih akan membuat masalah karies jadi lebih mudah terjadi pada gigi. Gigi cenderung lebih mudah keropos, dan akan timbul masalah pada fungsi pengunyahan lebih lanjut dan juga masalah estetika.
Wah, ternyata banyak ya akibat dari menu makan “ajaib” seperti di atas. Semuanya masalah yang timbul dalam jangka waktu panjang dan memerlukan penyelesaian yang tidak mudah.
Jadi, masih mau melanjutkan menu makan “ajaib” tersebut? 😊